Nama Kelompok : Diah Wikanti (10109689)
Utami Indriani
M Nurkholis Al barsany
Kelas :
3 KA 12
Penalaran
Penalaran adalah proses berpikir yang bertolak dari pengamatan indera (pengamatan empirik) yang menghasilkan sejumlah konsep dan
pengertian. Berdasarkan pengamatan yang sejenis juga akan terbentuk proposisi – proposisi yang sejenis, berdasarkan sejumlah proposisi yang
diketahui atau dianggap benar, orang menyimpulkan sebuah proposisi baru yang
sebelumnya tidak diketahui. Proses inilah yang disebut menalar.
Penalaran Deduktif
Penalaran deduktif adalah suatu penalaran yang berpangkal pada suatu peristiwa
umum, yang kebenarannya telah diketahui atau diyakini, dan berakhir pada
suatu kesimpulan atau pengetahuanbaru yang bersifat lebih khusus.
Metode ini diawali dari pebentukan teori, hipotesis, definisi operasional,
instrumen dan operasionalisasi. Dengan kata lain, untuk memahami suatu gejala
terlebih dahulu harus memiliki konsep dan teori tentang gejala tersebut dan
selanjutnya dilakukan penelitian di lapangan. Dengan demikian konteks penalaran
deduktif tersebut, konsep dan teori merupakan kata kunci untuk memahami suatu
gejala.
Contoh :
Sebuah sistem generalisasi.
Laptop adalah barang eletronik dan membutuhkan daya listrik untuk
beroperasi, DVD Player adalah barang elektronik dan membutuhkan daya listrik
untuk beroperasi,
Generalisasi : semua barang elektronik membutuhkan daya listrik untuk
beroperasi.
Deduksi ialah proses pemikiran yang berpijak pada pengetahuan yang lebih umum
untuk menyimpulkan pengetahuan yang lebih khusus.
Bentuk standar dari penalaran deduktif adalah silogisme, yaitu proses penalaran
di mana dari dua proposisi (sebagai premis) ditarik suatu proposisi baru
(berupa konklusi)
Bentuk
silogisme
·
Silogisme kategoris: terdiri dari proposisi-proposisi kategoris.
·
Silogisme hipotesis: salah satu proposisinya berupa proposisi hipotesis.
Misalnya:
Premis 1 : Bila hujan, maka jalanan basah
Premis 2 : Sekarang hujan
Konklusi : Maka jalanan basah.
Bandingkan dengan jalan pikiran berikut:
Premis 1 : Bila hujan, maka jalanan basah
Premis 2 : Sekarang jalanan basah
Konklusi : Maka hujan.
Silogisme
Standar
Silogisme kategoris standar = proses logis yang terdiri dari tiga proposisi
kategoris.
Proposisi 1 dan 2 adalah premis
Proposisi 3 adalah konklusi
Contoh:
“Semua pahlawan adalah orang berjasa
Kartini adalah pahlawan
Jadi: Kartini adalah orang berjasa”.
Kesimpulan hanya dicapai dengan bantuan proposisi dua
Jumlah term-nya ada tiga, yakni: pahlawan, orang berjasa dan Kartini.
Masing-masing term digunakan dua kali.
Sebagai S, “Kartini” digunakan 2 kali (sekali di premis dan sekali di
konklusi)
Sebagai P, “orang berjasa” digunakan 2 kali (sekali di premis dan sekali di
konklusi)
Term “pahlawan”,
terdapat 2 kali di premis, tapi tidak terdapat di konklusi.
Term ini disebut term tengah (M, singkatan dari terminus medius). Dengan bantuan term tengah inilah konklusi ditemukan (sedangkan term tengah
sendiri hilang dalam konklusi).
Term predikat dalam
kesimpulan disebut term mayor,
maka premis yang mengandung term mayordisebut premis mayor (proposisi universal), yang diletakkan sebagai premis
pertama.
Term subyek dalam
kesimpulan disebut term minor, maka
premis yang mengandung term minor disebut premis minor (proposisi
partikular), yang diletakkan sebagai premis kedua.
Term mayor akan menjadi term predikat dalam
kesimpulan; sedangkan term minor akan menjaditerm subyek dalam kesimpulan
Dengan demikian, kesimpulan dalam sebuah silogisme adalah atau “S = P” atau
“S ¹ P”. Kesimpulan itu merupakan hasil perbandingan premis mayor(yang
mengandung P) dengan premis minor (yang mengandung S) dengan perantaraan term menengah
(M).
Karena M = P; sedang S = M; maka S = P
Premis mayor M = P M = term antara
Premis minor S = M P = term mayor
Kesimpulan S = P S = term minor
Hukum-hukum
Silogisme
a. Prinsip-prinsip Silogisme kategoris mengenai term:
1. Jumlah term tidak boleh kurang atau lebih dari tiga
2. Term menengah tidak
boleh terdapat dalam kesimpulan
3. Term subyek dan term predikat
dalam kesimpulan tidak boleh lebih luas daripada dalam premis.
4. Luas term menengah sekurang-kurangnya satu kali universal.
b. Prinsip-prinsip silogisme kategoris mengenai proposisi.
1. Jika kedua premis afirmatif, maka kesimpulan harus afirmatif juga.
2. Kedua premis tidak boleh sama-sama negatif.
3. Jika salah satu premis negatif, kesimpulan harus negatif juga (mengikuti
proposisi yang paling lemah)
4. Salah satu premis harus universal, tidak boleh keduanya pertikular.
Bentuk
Silogisme Menyimpang
Dalam praktek penalaran tidak semua silogisme menggunakan bentuk standar,
bahkan lebih banyak menggunakan bentuk yang menyimpang. Bentuk penyimpangan ini
ada bermacam-macam. Dalam logika, bentuk-bentuk menyimpang itu harus
dikembalikan dalam bentuk standar.
Contoh:
“Mereka yang akan dipecat semuanya adalah orang yang bekerja tidak
disiplin. Kamu kan bekerja penuh disiplin. Tak usah takut akan dipecat”.
Bentuk standar:
“Semua orang yang bekerja disiplin bukanlah orang yang akan dipecat.
Kamu adalah orang yang bekerja disiplin.
Kamu bukanlah orang yang akan dipecat”.
0 komentar:
Posting Komentar